PENGERTIAN STEM
A.
Pengertian Pendidikan STEM
STEM merupakan akronim dari science,technology,
engineering, dan mathematics. Istilah ini pertama kali diluncurkan oleh
National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat (AS) pada tahun 1990-an
sebagai tema gerakan reformasi pendidikan untuk menumbuhkan angkatan kerja
bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang melek STEM (STEM literate),
serta meningkatkan daya saing global Amerika Serikat dalam inovasi iptek
(Hanover Research, 2011).
Gerakan reformasi pendidikan STEM ini didorong
oleh laporan dari berbagai studi yang menunjukkan terjadinya kekurangan
kandidat untuk mengisi lapangan kerja di bidang STEM, tingkat literasi sains,
serta posisi capaian siswa sekolah menengah AS dalamTIMSS dan PISA (Roberts,
2012). Selain itu, AS juga menyadari pertumbuhan ekonominya berjalan secara
datar dan akan tersaingi oleh China dan India karena perkembangan sains,
teknologi, enginering dan matematika dari kedua negara tersebut yang lebih
maju. (Friedman, 2005).
Berdasarkan survey yang dilakukan bahwa
pertumbuhan lapangan pekerjaan di bidang STEM diproyeksikan lebih tinggi
dibandingkan dengan lapangan pekerjaan non-STEM. Selain itu, dari segi
penghargaan, pekerjaan di bidang STEM akan memberikan income yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan bidang pekerjaan
non-STEM.
Gambar 1.
Proyeksi pertumbuhan pekerjaan STEM dan non-STEM (kiri) serta perbandingan income dari kedua jenis bidang tersebut
(kanan)
Pendidikan STEM adalah pendekatan dalam
pendidikan di mana Sains, Teknologi, Teknik, Matematika terintegrasi dengan
proses pendidikan berfokus pada pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari
yang nyata serta dalam kehidupan profesional. Pendidikan STEM menunjukkan
kepada peserta didik bagaimana konsep, prinsip, teknik sains, teknologi, teknik
dan matematika (STEM) digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk, proses, dan sistem yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Sebagai komponen dari STEM, sains adalah kajian
tentang fenomena alam yang melibatkan observasi dan pengukuran sebagai wahana
untuk menjelaskan secara obyektif alam yang selalu berubah. Terdapat beberapa
domain utama dari sains pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yakni
fisika, biologi, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA).
Teknologi merujuk pada inovasiinovasi manusia yang digunakan untuk memodifikasi
alam agar memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga membuat kehidupan
lebih nyaman dan lebih aman. Teknologi menjadikan manusia dapat melakukan
perjalanan secara cepat, berkomunikasi langsung dengan orang di tempat yang berjauhan,
memperoleh makanan sehat, dan alat-alat keselamatan. Rekayasa (engineering)
merupakan pengetahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan mengaplikasikan
pengetahuan ilmiah, ekonomi, sosial, serta praktis untuk mendesain dan
mengkonstruksi mesin, peralatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat
bagi manusia secara ekonomis dan ramah lingkungan. Selanjutnya, matematika
berkenaan dengan pola-pola dan hubungan-hubungan, dan menyediakan bahasa untuk
teknologi, sains, dan rekayasa.
B.
Tujuan dan Hasil dari Pendidikan STEM
Penggunaan pendekatan STEM dalam bidang
pendidikan memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
bersaing dan siap untuk bekerja sesuai bidang yang ditekuninya. Penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover (2011) menunjukkan bahwa tujuan
utama dari STEM Education adalah sebuah usaha untuk menunjukkan pengetahuan
yang bersifat holistik antara subjek STEM.
Dalam konteks pendidikan dasar dan menengah,
pendidikan STEM bertujuan mengembangkan peserta didik yang STEM literate
(Bybee, 2013), dengan rincian sebagai berikut.
- memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mengidentifikasi pertanyaan dan masalah dalam situasi kehidupannya, menjelaskan fenomena alam, mendesain, serta menarik kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu terkait STEM;
- memahami karakteristik khusus disiplin STEM sebagai bentuk-bentuk pengetahuan, penyelidikan, dan desain yang digagas manusia;
- memiliki kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM membentuk lingkungan material, intelektual dan kultural,
- memiliki keinginan untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) sebagai warga negara yang konstruktif, peduli, serta reflektif dengan menggunakan gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika.
Sedangkan jika kita lihat tujuan dan hasil dari pendidikan STEM bagi siswa dan pendidik dapat
kita lihat pada tabel di bawah ini
Tabel. 1 tujuan dan hasil pendidikan STEM
|
Tujuan Pendidikan STEM
|
Hasil Pendidikan STEM
|
Bagi Siswa
|
· Literasi STEM
· Kompetensi abad 21
· Kesiapan Tenaga Kerja STEM
· Minat dan keterlibatan
· Membuat koneksi
|
· Belajar dan Berprestasi
· Kompetensi abad 21
· Ketekunan dan kegigihan belajar dalam meningkatkan prestasi
· Pekerjaan yang berhubungan dengan STEM
· Meningkatkan minat STEM
· Pengembangan identitas STEM
· Kemampuan untuk membuat koneksi di antara
disiplin STEM
|
Bagi Pendidik
|
· Meningkatkan
konten STEM
· Meningkatkan
Pedagogical Content Knowledge (PCK)
|
· Perubahan dalam praktik
· Peningkatan konten STEM dan PCK
|
C.
Pendidikan STEM dan keterampilan Abad 21
Abad ke-21 ditandai dengan derasnya arus
globalisasi serta cepatnya perkembangan teknologi. Berbagai sekat yang
memisahkan batas-batas geografis saat ini dengan mudah dihilangkan dengan
berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai informasi dan
pengetahuan baru bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan dan dikumpulkan pada
era ini. Hal ini menyebabkan munculnya era ekonomi baru yang berbasis
pengetahuan serta teknologi dimana individu yang memiliki kemampuan untuk
mendapatkan, mengolah, dan menginterpretasikan berbagai informasi dan
pengetahuan ini akan dapat berhasil dalam menjawab berbagai tantangan di
masyarakat global. Hal ini menunjukkan bahwa konsep pembelajaran yang
diperlukan harus dapat membangun keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk dapat berhasil di abad ke-21 ini yaitu pembelajaran yang dapat
berkontribusi pada pengembangan kemampuan kerjasama, memecahkan masalah,
kreativitas, dan inovatif yang berpotensi menopang ekonomi. Pembelajaran
berbasis STEM menjadi salah satu solusi dalam menjawab tantangan pendidikan
ini.
Pendidikan STEM memberi pendidik peluang untuk
menunjukkan kepada peserta didik betapa konsep, prinsip, dan teknik dari STEM
digunakan secara terintegrasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, definisi
pendidikan STEM diadopsi sebagai pendekatan interdisiplin pada pembelajaran
(Reeve, 2013). Dalam pembelajaran berbasis STEM peserta didik menggunakan
sains, teknologi, rekayasa, dan matematika dalam konteks nyata yang
menghubungkan sekolah, dunia kerja, dan dunia global guna mengembangkan
literasi STEM yang memungkinkan peserta didik mampu bersaing dalam abad ke-21.
Dengan begitu, kita dapat melihat pentingnya
pembelajaran berbasis STEM sebagai berikut:
a)
Transformasi proses
pendidikan
Pendidikan STEM menghilangkan
batas pemisah antara subjek sains, matematika, teknologi, dan rekayasa serta
menghubungkan antara pengetahuan yang didapatkan oleh peserta didik dengan
masalah di kehidupan nyata.
b)
Peningkatan kemahiran
pemahaman saintifik
Dengan mengkontektualisasikan
antara berbagai pengetahuan saintifik yang dipelajari oleh peserta didik dengan
masalah di kehidupan nyata, maka pendidikan STEM dapat meningkatkan kompetensi
literasi sains.
c)
Pengembangan sumber
daya manusia
Kriteria sumberdaya manusia
yang relevan dan dibutuhkan di abad ke-21 harus memenuhi tuntutan keahlian yang
diharapkan seperti kemampuan dalam berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir
secara kritis, dan memiliki kemampuan dalam mengembangkan kreativitasnya.
Proses pembelajaran berbasis STEM melatihkan berbagai kemampuan tersebut.
d)
Tantangan teknologi
Kemampuan dalam rekayasa
merupakan kunci dari lahirnya sebuah teknologi. Dalam pendidikan STEM, peserta
didik ditantang untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka melalui proses desain
rekayasa untuk menciptakan solusi teknologi dari sebuah permasalahan.
e)
Kunci dalam kemajuan
dan inovasi
Pendidikan STEM melalui
berbagai proses pembelajaran yang dilalui oleh peserta didik turut mengembangkan
kemampuan problem solving atau
kemampuan dalam memecahkan permasalahan. Berbekal kemampuan ini akan muncul
berbagai inovasi dalam pengembangan teknologi.
f)
Penting untuk
kesejahteraan
Berbagai inovasi dalam teknologi diciptakan
untuk mempermudah kita dalam menjalani kehidupan dan pada akhirnya mendorong
peningkatan kesejahteraan
(Stohlmann, Moore & Roehrig,
2012) mengidentifikasi 4 faktor
yang perlu dipertimbangkan bagi pendidik sehingga pembelajaran STEM dapat
berlangsung dengan sukses. Keempat faktor tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah.
Aspek support
atau dukungan berkaitan dengan berbagai kegiatan yang dapat mendukung pendidik
dalam menerapkan pembelajaran STEM seperti keikutsertaan dalam pelatihan yang
relevan, kolaborasi dengan sekolah atau institusi lain seperti universitas atau
industri, serta adanya kesempatan untuk berkolaborasi denga guru-guru lain
dalam sekolah yang sama. Aspek teaching
atau pembelajaran menitikberatkan pada persiapan pembelajaran dan implementasi
pembelajaran di kelas. Aspek efficacy
terkait dengan kepercayaan diri pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran
STEM yang dapat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan materi pembelajaran serta
pedagogik, serta komitmennya dalam melaksanakan pembelajaran. Aspek materials terkait dengan kesiapan sarana
dan prasarana penunjang pembelajaran.
Referensi
Breiner,
J., Harkness, S., Johnson, C., & Koehler, C. (2012). What is STEM? A
discussion about conceptions of STEM in education and partnerships. School
Science and Mathematics, 112(1), p. 3-11.
Bybee, R.
W., & Landes, N. M. (1988) What research says about new science curriculums
(BSCS) Science and Children, 25, 35-39.
Chen, M.
(2001). A potential limitation of embedded-teaching for formal learning. In J.
Moore & K. Stenning (Eds.), Proceedings of the Twenty-Third Annual
Conference of the Cognitive Science Society (pp. 194-199). Edinburgh, Scotland:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Dugger,
W. (2010). Evolution of STEM in the U.S.
6th Biennial International Conference on Technology Education Research.
[Avaliable online: http://citeseerx.ist.psu.edu]
Hanover
Research (2011). K-12 STEM education overview.
Harry
Firman. (2016). Pendidikan STEM sebagai Kerangka Inovasi Pembelajaran Kimia
untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa dalam Era Masyarakat Ekonomi Asean.
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-6.
Johnson,
D. W., Johnson, R. T., & Smith, K. (1991). Active learning: Cooperation in
the college classroom. Edina, MN: Interaction Book.
Karplus,
R., & Their, H. D. (1967). A new look at elementary school science.
Chicago, IL: Rand McNally.
Morrison,
J. (2006). STEM education monograph series: Attributes of STEM education.
Teaching Institute for Essential Science. Baltimore, MD.
National
Academy of Sciences (2011). A Framework for K-12 Science Education: Practices,
Crosscutting Concepts, and Core Ideas. The National Academic Press: Washington
DC.
Roberts,
A. (2012). A justification for STEM education. Technology and Engineering
Teacher, 74(8), 1-5.
Roberts,
A. & Cantu, D. (2012). Applying STEM instructional strategies to design and
technology curriculum. Technology Education in the 21st Century, (73), 111-118.
Resnick,
L. B. (1999). Making America smarter. Education Week Century Series. 18 (40),
38-40. Retrieved from http://www.edweek.org/ew/vol-18/40resnick.h18
Wang, H., Moore,
T., Roehrig, G., & Park, M. (2011). STEM integration: Teacher perceptions
and practice. Journal of Pre-College Engineering Education Research, 1(2),
1-13.
Tidak ada komentar